Wawancara dengan Inka Mathew


Seperti biasa, secara berkala Desain Studio akan mewawancarai desainer-desainer berbakat dengan karya yang menginspirasi. Kali ini, adalah Inka Mathew, seorang desainer grafis asal Indonesia yang sudah lama menetap di Houston, Texas, Amerika Serikat dengan pengalaman 16 tahun dibidang desain grafis. Inka Mathew saat ini menjalankan sebuah studio desain grafis miliknya sendiri bernama Green Ink Studio. Selamat menyimak wawancaranya, semoga menginspirasi dan menambah wawasan.




Hey Mbak Inka, terima kasih telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara ini. Bisa cerita sedikit ke pembaca mengenai Anda? Kesibukan apa yang sedang dijalani saat ini?

Nama saya Inka Mathew. Saya lahir di Jakarta dengan nama Inka Mulia. Saya menikah dengan suami saya dari Kerala (India), dan mengambil nama keluarga dia. Saya tinggal di Houston, Texas dan sudah bekerja sebagai seorang desainer grafis sekitar 16 tahun. Awalnya saya bekerja di beberapa perusahaan desain grafis sekitar 6 tahun. Saya akhirnya menjalankan impian saya untuk menjalankan perusahaan desain grafis sendiri sekitar tahun 2000, bersama seorang teman. Setelah 4 tahun, saya memutuskan untuk menjadi freelancer. Sampai hari ini, saya benar-benar bersyukur atas keputusan saya and menyenangi bekerja sebagain freelancer desainer grafis. Perusahaan saya namanya Green Ink Studio. Kenapa green? Karena warna hijau itu warna favorit saya, ha ha. Selain manjalankan usaha sendiri, saya juga seorang ibu, sibuk mengurusi 2 anak saya, umur 5 dan 3 tahun.

Apa latar belakang yang membuat Anda terjun dan fokus di bidang desain grafis?

Sejak kecil saya hobi menggambar. Tadinya saya bercita-cita menjadi arkitek soalnya saya pikir itu satu2nya karir yang akan memperlukan banyak menggambar. Tetapi nilai saya buruk di dalam menggambar perpektiv. Pada saat itu, saya mendengar tentang desain grafis sewaktu saya di SMA. Saya tidak begitu mengerti tentang apa it desain grafis, tetapi saya merasa bahwa itu bidang yang harus saya pelajari. Pada tahun terakhir di SMA, saya memutuskan untuk pergi sekolah di Amerika untuk mempelajari desain grafis. Orang tua saya mengijinkan dan itulah awalnya saya jatuh cinta dengan desain grafis. Saya merasa menemukan karir yang benar-benar tepat dengan bakat saya. Saya lulus dengan gelar di bidang desain grafis dari Tyler School of Art di Temple University, di kota Philadelphia.


Bagaimana proses yang dilalui dalam menyelesaikan sebuah proyek desain? Apakah setiap proyek melalui proses yang sama?

Proses dasar setiap proyek hampir sama, yaitu yang paling utama adalah berusaha untuk mengerti klien saya. Apa yang mereka lakukan, produknya apa, kliennya mereka siapa (audience), sifat/kultur klien mereka bagaimana, gaya visual yang mereka suka seperti apa, ini adalah beberapa pertanyaan yang biasanya saya ajukan sewaktu memulai proyek apa pun. Ini adalah sisi psikologi dari desain grafis. Sebagai desainer grafis, tugas kita adalah membantu klien kita untuk menempatkan perusahaan mereka di ujung depan mata konsumer dan memenangkan hati mereka. Karena kita melakukan hal ini dengan visualisasi, kita harus mengerti benar-benar siapa klien kita dan siapa konsumer mereka. Setelah saya mengerti visi mereka baru saya mengerjakan proyek yang mereka berikan, baik itu logo, brosur, atau situs desain. Di dalam proses mendesain pun saya berusaha mendengar tanggapan balik mereka atas konsep-konsep yang saya presentasikan. Jadi prosesnya dua arah, kerja sama dan komunikasi yang jelas dengan klien itu penting sekali.

Inspirasi adalah hal yang sangat penting bagi setiap seniman. Bagaimana proses yang anda lakukan untuk menggali inspirasi? Ada tips yang ingin dibagikan ke pembaca?

Untuk inspirasi, saya aktif sekali di beberapa medial sosial, termasuk Twitter, Behance, dan Dribbble. Saya mengikuti banyak blog desain dan desainer-desainer lain yang saya kagumi. Dengan mengikuti media sosial, saya setiap hari melihat inspirasi-inspirasi yang berbeda-beda. Menurut saya ini penting karena bila tidak, saya merasa kreatifitas saya menjadi kepam. Saya juga banyak membaca artikel-artikel yang bersangkutan dengan desain grafis. Terutama di bidang teknologi, tipografi, style trend, dan marketing. Saya berusaha untuk memperluas pengetahuan saya untuk membantu memikirkan solusi yang terbaik untuk proyek-proyek saya.

Adakah tokoh-tokoh yang menjadi influence dalam berkarya?

Jenis desain yang saya paling suka adalah logo. Jadi banyak orang-orang yang saya kagumi adalah desainer logo. Saya tau mereka dari media sosial. Beberapa desainer yang saya kagumi:

Mike Bruner – dribbble.com/mike-bruner
Michael Spitz – dribbble.com/michaelspitz
Jessica Hische – jessicahische.is/awesome
Marco Goran Romano – www.goranfactory.com
Oat Creative – oatcreative.com
Gardner Design – gardnerdesign.com
Simon Frouws – cargocollective.com/simonfrouws

Masih banyak desainer-desainer lain yang saya kagumi, tetapi kalau saya cantumkan di sini daftarnya bisa panjang sekali.

Adakah pengalaman unik yang bisa diceritakan pada saat berhubungan dengan klien? Dan bagaimana metode yang anda praktekkan untuk mengatasi klien yang "sulit"?

Terkadang saya bertemu dengan klien yang sulit, tidak menghormati pekerjaan saya, atau hanya menginginkan membayar murah. Untungnya jarang. Biasanya saya bisa merasakan bahwa klien ini akan susah pada saat saya wawancara pertama untuk proyek. Kalau saya merasa klien dan proyek ini akan menyusahkan, saya biasanya akan memberitahukan dengan halus kalau saya tidak bisa menerima proyek mereka pada saat ini (dan biasanya saya memang sibuk jadi harus memilih).

Apa proyek desain paling berkesan yang pernah dikerjakan?

Proyek yang saya desain untuk diri sendiri – undangan perkawinan saya, logo dan kartu nama untuk Green Ink Studio.



Bagi desainer grafis, seberapa besar peran pemahaman ilmu marketing dalam menyukseskan sebuah proyek desain? Apakah perlu mendalami ilmu marketing agar bisa menjadi desainer grafis?

Menurut saya memahami marketing itu penting dalam desain grafis, karena tugas kita pada dasarnya adalah menjual sesuatu melalui visualisasi. Sebagai desainer grafis, tugas kita adalah membujuk konsumer bahwa klien kita atau produk mereka adalah yang terbaik untuk kebutuhan mereka. Untuk itu, ilmu marketing membantu kita untuk menciptakan solusi visual dan konsep yang terbaik untuk klien kita. Selain marketing, kita juga harus belajar memperhatikan psikologi dari pada konsumer. Apa yang mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli produk A dari pada produk B. Desain yang berhasil dan sukses adalah desain yang bisa mendukung pesan dari suatu produk atau perusahaan.

Bagaimana perkembangan desain grafis di Amerika Serikat saat ini?

Desain grafis sekarang ini dianggap sebagai salah satu karir yang “hot” dan sangat diperlukan. Ini disebabkan adanya gelombang pertumbuhan besar dari pada high-tech start-up companies. Perusahaan-perusahaan ini melahirkan bermacam-macam mobile apps dan teknologi baru di berbagai bidang industri. Mereka membutuhkan banyak desainer-desainer yang cakap untuk membantu mereka menciptakan brand identity, product interface, mobile applications, dan situs-situs yang profesional untuk mendukung pesan marketing dan informasi tentang mereka.

Bagaimana tingkat apresiasi masyarakat di Amerika Serikat secara umum tentang desain grafis? Adakah proses yang bisa dipraktekkan oleh industri desain grafis di Indonesia untuk menumbuhkan tingkat apresiasi masyarakat terhadap desain grafis?

Tingkat appresiasi masyarakat Amerika berbeda dari kota ke kota. Biasanya kota yang lebih menghargai seni lebih menghargai desain grafis. Saya rasa untuk Indonesia, apresiasinya bisa lebih ditingkatkan dengan mengajari masyarakat bahwa desain grafis itu penting untuk meningkatkan nilai suatu produk atau perusahaan di mata konsumer mereka. Desain grafis yang buruk akan menurunkan citra suatu perusahaan atau produk dan konsumer akan lebih memilih produk dari kompetitor mereka. Untuk para desainer grafis di Indonesia, saya anjurkan untuk terus belajar dan mengasah keahlian kalian di dalam desain. Jangan pernah stop untuk belajar. Tiada seorang pun yang menjadi hebat dalam waktu semalam. Saya juga terus belajar dari desainer-desainer lain.


Banyak desainer grafis di Indonesia terkendala pada masalah pricing. Adakah tips yang bisa dibagi ke pembaca terkait dengan penentuan biaya desain? Serta, metode pricing seperti apa yang selama ini Anda praktekkan?

Pada awalnya juga saya mengalami kesulitan dalam menentukan harga service saya dan untuk mendapatkan klien yang menghargai kualitas. Tetapi saya terus berusaha merperbaik kualitas kerja saya. Saya harus pelan-pelan menaikkan harga dan bersabar. Pada akhirnya, saya bisa lebih tegas memberikan harga karena klien saya tau kualitas dan kaliber karya desain saya.

Bagaimana suka-duka selama menjalani profesi sebagai self-employed graphic designer? Adakah tips kepada pembaca yang ingin membuka studio desain grafis sendiri?

Kalau baru ingin memulai, jangan berhenti dari kerja tetap dulu. Kerja freelancenya bisa dikerjakan pada malam hari dan akhir pekan. Jika kamu sudah mempunyai lumayan banyak klien tetap dan penghasilan freelancenya sudah bisa mencukupi kebutuhan dasar bulanan, barulah kamu bisa mulai membuka studio freelance.

Jangan bermitra dengan teman dekat, karena pada umumnya akhirnya akan ada pertentangan dan kamu akan kehilangan bisnis dan teman itu. Ini saya tahu dari pengalaman.


Terima kasih Mbak Inka Mathew, telah bersedia diwawancara di Desain Studio. Semoga tetap sehat dan sukses selalu!

Terima kasih juga atas kesempatan untuk diwawancara!

———————————

Lihat karya lain dari Inka Mathew di situs-situs berikut :

www.greeninkstudio.com
dribbble.com/GreenInkStudio


0 Response to "Wawancara dengan Inka Mathew"