9 Faktor Penyebab Pesawat Jatuh Atau Kecelakaan

LENSAMERDEKA.com | 9 Faktor Penyebab Pesawat Jatuh Atau Kecelakaan - Sebanyak 189 orang total korban pada kecelakaan Pesawat Lion JT 610 yang jatuh di sekitar perairan Karawang dengan rincian 179 penumpang ditambah 10 kru pesawat. 

Pesawat JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh mulai hilang kontak pada pukul 06.33 WIB, Senin (29/10/2018).


Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Pramintohadi Sukarno, menerangkan data dari pilot, kopilot, dan 5 awak kabin pesawat nahas tersebut:
  • Pilot: Bhavye Suneja
  • Kopilot: Harvino
  • Senior Flight Attendant: Shintia Melina
  • Flight Attendant: Citra Novita Anggelia 
  • Flight Attendant: Alfiani Hidayatul Solikah
  • Flight Attendant: Fita Damayanti Simarmata
  • Flight Attendant: Mery Yulyanda

Badan SAR Nasional (Basarnas) memastikan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 jurusan Jakarta-Pangkal Pinang dipastikan jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) pagi. Kepala Basarnas, Muhammad Syaugi menjelaskan kronologi jatuhnya pesawat lion air yang membawa 189 penumpang tersebut. Pihaknya belum bisa memastikan ada penumpang yang selamat. Tim yang diterjunkan masih terus melakukan pencarian.

 "Kami belum berani memastikan apapun sebelum kami temukan blackboxnya. Kebetulan pesawat ini begitu mengudara ada yang namanya FOTA. Itu akan kami pelajari," ujar dia.

Penyebab jatunya pesawat memang sangat sulit dipastikan. Namun tidak bijaksana untuk berspekulasi tentang apa yang mungkin benar-benar telah menyebabkan kecelakaan sebuah pesawat.
Berikut Beberapa Faktor Penyebab Jatuhnya Pesawat yang telah saya dirangkum dari berbagai sumber selain karena cuaca, penyebab seperti human error, kesalahan teknis, dan gangguan dari luar bisa mempengaruhi jatuhnya pesawat.

1. Cuaca
Dari sekian banyak kecelakaan pesawat 10 persen penyebabnya yakni Cuaca buruk. Meskipun banyak alat bantu elektronik, seperti navigasi satelit, kompas gyroscopic, dan uplink data cuaca, pesawat masih terancam badai, salju, dan kabut. Sedangkan petir bukanlah ancaman terhadap kecelakaan pesawat, sebagaimana yang mungkin dikhawatirkan banyak penumpang.

 BACA JUGA : Kerusakan Lingkungan Hidup Yang Terjadi di Bumi

Angin yang berembus dari atas, belakang atau samping bisa membuat pesawat terbalik karena angin punya kemampuan untuk menghilangkan udara dari sekitar sayap pesawat. Dalam kasus seperti ini, pesawat akan kehilangan kecepatan saat berada di ketinggian tertentu.

Yang paling berbahaya dari fakta seperti ini adalah microburst: aliran udara yang mendadak, kuat, dan terlokalisasi. Awak pesawat di seluruh dunia menjalani pelatihan ekstensif untuk mengahadapi microburst karena akibatnya sangat fatal bagi pesawat yang mendarat atau lepas landas.

Di bawah ini adalah beberapa kecelakaan pesawat terparah sepanjang sejarah penerbangan:

• 1956 Kano Airport, BOAC Argonaut

• 1971 Copenhagen Airport, Malév Ilyushin Il-18 (HA-MOC)

• 1975 John F. Kennedy International Airport, Eastern Airlines Flight 66, Boeing 727-225 (N8845E)

 BACA JUGA : ANDI MATTALATTA, Tokoh Pejuang dan Tokoh Olahraga Asal Tanah Bugis

• 1982 New Orleans International Airport, Pan Am Flight 759, Boeing 727-235 (N4737)

• 1985 Dallas/Fort Worth International Airport, Delta Air Lines Flight 191, Lockheed L-1011 TriStar (N726DA)

• 1992 Faro Airport, Martinair Flight 495, McDonnell Douglas DC-10 (PH-MBN)

• 1994 Charlotte/Douglas International Airport, USAir Flight 1016, Douglas DC-9 (N954VJ)


2. Kesalahan Pilot
Saat pesawat menjadi lebih andal, proporsi kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan pilot otomatis telah meningkat dan sekarang angkanya sekitar 50 persen. Pesawat adalah mesin kompleks yang membutuhkan banyak manajemen.

Ada banyak hal yang memungkinkan kesalahan karena pilot aktif terlibat dengan pesawat di setiap tahap penerbangan, dari salah perhitungan dalam bahan bakar yang dibutuhkan hingga kegagalan memprogram komputer manajemen penerbangan (FMC).

Selain itu, seorang pilot juga sering mengalami kelelahan karena jam kerja yang padat dan tidak dapat diprediksi, masa tugas yang panjang, dan kurang tidur. Terjaga selama 17 jam tanpa henti setara seperti darah yang mengandung alkohol 0,5%.

Selain itu, pilot harus berkonsentrasi penuh, terutama selama tiga menit saat akan lepas landas atau mendarat, karena 80% dari semua kecelakaan terjadi dalam situasi ini.

Pilot harus memegang kendali pesawat dengan tangannya sendiri dan mematikan mode autopilot. Selain itu, seorang pilot juga harus benar-benar berkonsentrasi pada dini hari sekitar pukul 03.00, yang mana menjadi titik rendah fisiologis tubuh. Pilot memiliki waktu pergantian (shift) yang berlangsung hingga 20 jam -- lebih lama dari pengemudi truk.

Survei NASA mengungkapkan, 70% pilot pesawat AS tertidur di kokpit setidaknya sekali selama penerbangan. Juga setidaknya, satu pilot cadangan harus selalu terjaga di kokpit. 

Namun penting untuk diingat bahwa ketika terjadi kesalahan, pilot adalah garis pertahanan terakhir untuk penyelamatan.

3. Perangkat Lunak
Teknologi benar-benar mengambil alih "penglihatan" ketika mata manusia tidak mampu melakukannya. Saat ini, ketika jarak pandang pilot hanya 75 meter, pesawat mengandalkan pendaratan otomatis. Biasanya di malam hari dan cuaca berkabut. 

Sebagai contoh, pada 14 September 1993, kecelakaan pesawat menimpa Lufthansa A320-211. Pesawat milik maskapai penerbangan Jerman ini mengalami kecelakaan di bandara Warsawa, Polandia, setelah melewati landasan pacu saat ingin mendarat.

Kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan 2904 tersebut memakan dua korban jiwa, satu kru dan satu penumpang. Penyebabnya yaitu pesawat menabrak bukit di ujung landasan Bandara Chopin Warsawa, Polandia.

 BACA JUGA : Misteri Fenomena Lorong Waktu Penumpang Titanic Yang Masih Hidup

Saat mendekati landasan pacu (runway) 11, area sekitar dinyatakan aman untuk mendarat (clear). Namun mereka mendapat peringatan tentang angin yang mendadak berubah. Setelahnya, hujan turun.

Saat mendarat, roda-roda pesawat meluncur di atas landasan yang basah dan cenderung licin. Di satu sisi, komputer pesawat masih terprogram untuk penerbangan di udara, dengan demikian A320-211 menonaktifkan sistem pengeremannya.

Pilot yang melihat posisi pesawat tak pas dengan landasan pacu, memutuskan untuk mengarahkan pesawat ke kanan. Terlambat, pesawat telah menabrak bukit. Si jago merah mulai berkobar di sayap kiri dan menembus kabin penumpang.


4. Kegagalan Teknik
Walaupun ada perbaikan dalam kualitas desain dan manufaktur, kegagalan peralatan masih mencapai sekitar 20 persen penyebab kecelakaan pesawat. Meskipun mesin secara signifikan lebih dapat diandalkan saat ini, sesekali masih terjadi kegagalan mesin.

Pada 1989, masalah pada mesin nomor satu (kiri) pesawat Boeing 737-400 Inggris mengakibatkan kehilangan daya. Kesulitan membaca instrumentasi berkontribusi terhadap kesalahan pilot membaca mesin yang mengalami kehilangan tenaga. Kebingungan, pilot mematikan mesin nomor dua (kanan). Akhirnya pesawat kehilangan daya dan jatuh.

5. Sabotase
Sekitar 10 persen kecelakaan pesawat disebabkan oleh sabotase. Seperti sambaran petir, risiko yang ditimbulkan oleh sabotase jauh lebih sedikit daripada yang diyakini banyak orang. Namun demikian, ada banyak serangan spektakuler dan mengejutkan oleh penyabot.

 BACA JUGA : Kisah Brimob Kepung Mabes Polri dan Usir Kopassus

6. Bahasa
Bahasa Inggris adalah bahasa internasional dan merupakan bahasa standar yang diterapkan di seluruh industri penerbangan. Namun, aksennya bisa disalahpahami.

Miskomunikasi antara pilot dan petugas menara kontrol dapat menyebabkan kecelakaan fatal, terutama saat mendarat. Situasi ini semakin sulit ketika jarak pandang dibatasi oleh para pilot itu sendiri.

7. Rudal
Pesawat yang diyakini sebagai Malaysia Airlines MH128 di Bandara Malbourne, Australia (1/6). Polisi berhasil mengamankan MH128 yang kembali setelah seorang penumpang asal Sri Lanka mengklaim memiliki bom dan memaksa masuk kokpit. (Andrew Leconcelli/AFP)
Pesawat penumpang bisa dihantam rudal ainti-pesawat dari tanah atau laut. Pesawat penumpang tidak mampu menghindari atau melakukan serangan balasan terhadap rudal, karena berat dan volumenya.

Sistem pelacak radar surface to air missile (SAM), seperti SA-11, dianggap berbahaya bagi pesawat sipil, karena mereka terbang dengan kecepatan dan ketinggian yang stabil. Selain itu, pesawat sipil yang terbang di ketinggian ribuan kaki lebih mudah terdeteksi oleh radar SAM.

Jika rudal menghantam bagian sayap, pesawat akan meledak di udara karena di situlah letak bahan bakar. Pesawat komersial tidak memiliki sistem untuk melacak rudal, jadi satu-satunya peluang pilot untuk berjaga-jaga adalah melihat rudal yang datang dari tanah.

Pada 17 Juli 2014, Malaysia Airlines Flight 17, sebuah Boeing 777-200ER, terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, ditabrak oleh rudal Buk milik Soviet di dekat Donetsk, Ukraina. Seluruh penumpang, total 283 orang, dan 15 awak dilaporkan tewas seketika. Delapan puluh di antaranya adalah anak-anak.

8. Bunuh Diri Pilot
Bunuh diri, mungkin sebagian orang menganggap hal ini suatu kejadian yang mustahil. Pilot merupakan orang yang harus bertanggungjawab mengendalikan pesawat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan burung besi. Namun, beberapa kasus menunjukkan pilot melakukan bunuh diri saat pesawat sedang terbang.

 BACA JUGA : Tahu Kenapa Cincin Pernikahan Dipasang Di Jari Manis? Ini Alasannya

Misalnya, pada tahun 1999 kasus EgyptAir Flight 990. Co-pilot secara sadar menabrakkan pesawat ke Samudra Atlantik, sementara sang kapten tidak ada.

Pada tahun 1982, kasus Japan Airlines Flight 350, kapten yang mengalami gangguan mental mencoba bunuh diri dengan membalikkan pesawat, padahal pesawat itu dekat dengan landasan pacu. Akibatnya, 24 dari 174 penumpang tewas.

Dalam kasus Germanwings Flight 9525 (Airbus A320-200), co-pilot Andreas Lubitz mengunci pilot dari kabin dan menabrakkan pesawat dengan sengaja.

Akibatnya, maskapai penerbangan ini harus mengadopsi aturan baru pasca insiden tersebut: setidaknya dua personel berwenang harus disertakan dalam kokpit pesawat.

9. Bentuk Lain dari Kesalahan Manusia
Penyebab lainnya dikaitkan dengan jenis lain dari kesalahan manusia, seperti kesalahan yang dibuat oleh pengendali lalu lintas udara, operator, pemuat barang, pengisi bahan bakar, atau teknisi pemeliharaan. Kadang-kadang, karena bekerja dengan jadwal panjang, teknisi pemeliharaan dapat membuat kesalahan yang berpotensi bencana.

Nah itulah 9 Faktor Yang Dapat Menyebabkan Kecelakaan Pada Pesawat Terbang yang saya rangkum dari berbagai sumber. Semoga dapat bermanfaat bagi anda. Wassalam.

0 Response to "9 Faktor Penyebab Pesawat Jatuh Atau Kecelakaan"