Sejarah Situs Gunung Padang Termegah, Terbesar dan Tertua di Masa Prasejarah Dunia

PUSATMEDIACARA | Sejarah Situs Gunung Padang Termegah, Terbesar dan Tertua di Masa Prasejarah DuniaHai kawan pengunjung setia Pusat Media Cara semuanya. Bagaimana kabar anda hari ini? Sehat? Semoga selalu tetap sehat dan semangat yah, Aamiin. Selamat datang saya ucapkan kepada anda di blog ini yaitu www.pusatmediacara.blogspot.com. Blog ini InsyaAllah  akan selalu kami update setiap harinya demi kepuasan anda dan memberikan Informasi dan Artikel menarik. Bukan itu saja, blog ini juga mencoba menyajikan berbagai Tips dan Tutorial. Silakan simpan alamat blog www.lensamerdeka.com atau Anda bisa bookmark (masukan ke penanda) agar bisa mengunjungi lain waktu ke blog ini dengan mudah."kalimat pembuka dari kami Admin Pusat Media Cara sekaligus salam kenal kepada pengunjung setia www.pusatmediacara.blogspot.com semuanya".



Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede[1]. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.

Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam[1]. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat.[2] Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam.

Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang mendapati temuan menarik dari hasil ekskavasi di sebelah selatan teras 5. Tim menemukan berbagai batuan, seperti urukan. Tim menduga itu hasil urukan oleh manusia. Meski begitu, apa tujuannya, belum diketahui. 

“Dugaan sementara tim, ini hanya untuk menyeimbangkan bangunan. Karena orientasi Gunung Padang ini menghadap Gunung Gede, jadi agak miring dari kontur tanahnya,” ungkap salah satu peneliti, Arkelog UI, DR. Ali Akbar. 

Temuan ini kembali memperkuat dugaan Gunung Padang sebagai multi-component site, atau situs yang digunakan oleh lebih dari satu kebudayaan. Sebelumnya, dari hasil pengeboran yang dilakukan Tim Geologi, diperkirakan pernah ada dua lapisan kebudayaan di Gunung Padang. 

Berdasarkan perbandingan struktur bangunan Gunung Padang dengan temuan megalitik lain–seperti di Pasir Angin, Lebak Cibadak, atau Pugung Raharjo–sebagian besar arkeolog percaya Gunung Padang berasal dari periode Megalitik antara 2.500 SM hingga 1.500 SM. 

Secara garis besar, Ali Akbar mengatakan penelitian ini berhasil menarik kesimpulan bahwa punden berundak Gunung Padang adalah sebuah bangunan yang megah dan luas. Jika sebelumnya area situs Gunung Padang diperkirakan hanya sebatas dari tangga bawah hingga lima teras di atasnya, penelitian ini memperlihatkan bahwa Gunung Padang merupakan sebuah bangunan besar yang dikelilingi terasering. Luasnya mencapai hampir 15 hektar dengan tinggi sekitar 100 meter. Ini sama dengan 10 kali luas Borobudur. 

Teknologi pembuatan teraseringnya pun terbilang maju, karena dapat mencegah longsornya bangunan. Menariknya, terasering yang ada di Gunung Padang serupa dengan Machu Picchu. Ini tentu istimewa, sebab Machu Picchu dibangun bangsa Inca sekitar abad 15 Masehi, sedangkan Gunung Padang diperkirakan dibangun pada periode Megalitik di masa prasejarah. Artinya teknologi ini telah berada lebih dulu di Indonesia sekitar 20 Abad sebelum ditemukan di benua Amerika. 

Arkeolog dari UI ini mengatakan Gunung Padang bahkan berpotensi menjadi bangunan prasejarah terbesar di dunia. Sebagai perbandingan, di sebagian besar situs megalitik di wilayah lain, terutama Eropa, umumnya hanya terdiri dari temuan-temuan yang terpisah. Temuan menhir atau sarkofagus biasanya tersebar di suatu kompleks besar, tapi tidak berada dalam satu bangunan. 

Sedangkan di Gunung Padang, semua merupakan satu unit kompleks bangunan. Di dalamnya juga ditemukan berbagai menhir dan teras, yang diduga para ahli digunakan untuk tempat pemujaan. 

“Prospek ini menjadikan Gunung Padang sebagai bangunan prasejarah terbesar di dunia, sangatlah besar. Ada yang memperkirakan situs ini bisa berasal dari 500 SM. Tapi, menurut perkiraan kami, Gunung Padang berasal dari usia yang lebih tua,” demikian DR.Ali Akbar.



0 Response to "Sejarah Situs Gunung Padang Termegah, Terbesar dan Tertua di Masa Prasejarah Dunia"